Berita Indonesia : Wawancara Erdogan Dengan Al-Arabia TV


Dalam sebuah wawancara dengan penyiar dari Al-Arabia TV, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Minggu (27/12/2015 bahwa jika saja Rusia tidak mendukung rezim Assad yang sedang mempertahankan kekuasaannya di Mediterania dan jika Iran tidak mengadopsi kebijakan luar negeri mengenai isu sektarian seperti ini, dunia tidak akan menyaksikan situasi perang saat ini di Suriah.

Mengomentari argumen Moskow bahwa pasukan Rusia yang hadir di Suriah karena undangan dari rezim Suriah, Erdogan mengatakan: “Anda(Rusia) tidak diwajibkan untuk menerima panggilan (memberi bantuan) dari pemerintahan yang telah membunuh 400.000 lebih warganegaranya sendiri .”

Erdogan juga mengatakan jika Iran tidak berdiri di samping Assad dengan kebijakan sektarian yang dibawanya, Suriah mungkin tidak dalam situasi saat ini, di mana ribuan tentara Iran dan beberapa kelompok milisi Syiah dari Lebanon dan Irak berjuang menolong rezim Suriah.

Erdogan mengatakan Turki selalu berdiri dengan rakyat Suriah dan telah membayar dan terus akan membayar dengan harga yang mahal untuk memegang teguh prinsip seperti ini, kami tidak akan mengabaikan penderitaan rakyat yang ditindas.

Erdogan mengkritik Barat untuk sikap acuh tak acuh terhadap krisis kemanusiaan di Suriah. “Semuanya akan berbeda jika negara-negara Barat memberikan dukungan penuh kepada oposisi moderat” kata Erdogan, sembari menambahkan bahwa Barat hanya mulai mengambil tindakan ketika pengungsi telah tiba di depan pintu (negara) mereka.

Erdogan juga menunjuk sikap pedulinya terhadap krisis di Irak dengan pengerahan pasukan Turki ke Bashiqa kamp di utara Mosul. Kepedulian ini datang setelah Turki menolak permintaan dari Rusia untuk bergabung dengan aliansi yang bersekutu dengan Presiden Suriah Bashar Assad yang juga akan mencakup pasukan rezim bersama dengan pasukan Iran dan (syiah) Irak.

“Tampaknya perkembangan di Suriah telah mempengaruhi situasi internasional. Rezim Suriah, rezim Irak, Rusia dan Iran telah membentuk aliansi, dan Rusia meminta Turki untuk bergabung dengan aliansi itu. Tapi saya bilang kepada Presiden Vladimir Putin bahwa saya tidak bisa duduk bersama-sama dengan presiden yang tidak memiliki legitimasi, “kata Erdogan. (berita hari ini )


Mengomentari hubungan Iran-Turki, Erdogan mengatakan bahwa Iran tidak bisa lagi menyembunyikan ambisinya untuk memiliki senjata nuklir, dan dunia tidak mendukung upaya nuklir Iran. Erdogan menambahkan bahwa ada perbedaan (pandangan) antara Turki dan Iran, tapi dia tidak ingin perbedaan-perbedaan ini mempengaruhi hubungan bertetangga mereka.

Erdogan juga telah memberikan rincian tentang usulan Ankara bahwa harus dibentuk zona aman di Suriah sebagai langkah untuk mengatasi krisis pengungsi (yang sering menemui ajal di lautan ketika menyebrang ke Eropa).

Dia mengatakan zona aman bisa menjadi rumah sementara bagi para pengungsi yang saat ini tinggal di kamp-kamp Turki yang ingin kembali ke negara mereka. Zona aman yang telah mencapai 45 km ke wilayah Suriah pada awalnya, harus diperpanjang lagi sejauh 98 km dari perbatasan Turki-Suriah, dan akomodasi untuk Suriah akan dibangun sebagai bagian dari proyek, Erdogan menjelaskan.

Meskipun pendanaan dijamin melalui kampanye Turki (dan beberapa negara pendukung revolusi Suriah), proyek ini bertemu setelah perlawanan dengan sejumlah negara seperti Amerika Serikat, menurut kepala negara Turki tersebut.

Sumber: middleeastupdate.net
Video wawancara: https://www.youtube.com/watch?v=FSt2RT4RM1M




sumber sumber