Islamedia - Di tengah meningkatnya fenomena Islamofobia di Barat, Pusat Keislaman Daytona pada Sabtu lalu, menggelar acara terbuka bagi muslim dan non-muslim. Demikian dilaporkan laman OnIslam pada Senin (27/4) kemarin.
"Kelompok seperti ISIS bukanlah muslim yang sebenarnya, mereka orang yang menginginkan gangguan dan teror," kata Frank Binetti salah seorang tamu, disambut aplaus hadirin setelah menyimak ceramah utama dari Imam Belal "Alzuhiry" Shemman dalam program komunitas yang disuguhkan Perhimpunan Muslimah di daerah Pantai Daytona.
Binetti menceritakan bagaimana ia menjalin pertemanan dengan seorang muslim di Universitas Aeronautika Embry-Riddle pada tahun 1980an. Keluarga temannya itu kerap mengundangnya makan malam.
"Aku duduk lesehan di lantai bersama mereka dan sama-sama makan kambing," Binetti mengingat kenangannya. "Mereka biasa bercanda kepada saya, 'Frank, kamu bakal menghabiskan daging kambing ini semuanya.'"
"Aku suka masakan kambing itu dan aku bisa makan semuanya," seloroh Binetti di tengah gelak tawa hadirin.
Kegiatan itu tampak dikemas menarik, termasuk mengakomodasi kehadiran anak-anak dengan mainan perosotan dan rumah balon Spiderman.
Di dalam masjid, orang dewasanya dibebaskan untuk mengupas beragam isu, mulai dari saling berbagi kisah hangat pertemanan antar-keyakinan, mengkaji keterkaitan bagaimana keimanan kepada Tuhan dapat mengatasi berbagai masalah, hingga sama-sama bertekad agar tidak membiarkan kefanatikan dan ketakutan atas terorisme memecah-belah kebersamaan dalam komunitas.
Islam telah terdistorsi citranya oleh kelompok ekstrimis sampai pada titik di mana "orang-orang di dunia" berpandangan bahwa Islam ialah agama yang mempromosikan kekerasan dan intoleransi terhadap keyakinan lain, kata Shemman kepada para hadirin.
Menurut jajak pendapat terbaru di CNN, 68 persen responden melihat ISIS sebagai ancaman besar bagi Amerika Serikat dibanding Iran, Rusia, Korea Utara, dan China, sementara 9 dari 10 orang memandang ISIS paling tidak sebagai ancaman yang cukup serius.
Sejak peristiwa 9/11, umat Islam di Amerika, yang jumlahnya diperkirakan antara enam hingga tujuh juta, telah kian disudutkan karena penggerusan atas hak-hak sipil mereka, disertai keyakinan umum bahwa Amerika menjatuhkan stigmatisasi atas keyakinan mereka.
Sentimen anti-Muslim berkembang makin runcing di Amerika Serikat terkait rencana pembangunan masjid di dekat lokasi 9/11 di New York, disusul serangan-serangan kepada warga muslim dan properti mereka.
Laporan terkini dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) dan Universitas California menyebutkan bahwa Islamofobia terus meningkat di Amerika Serikat. (onislam/ismed)
"Kelompok seperti ISIS bukanlah muslim yang sebenarnya, mereka orang yang menginginkan gangguan dan teror," kata Frank Binetti salah seorang tamu, disambut aplaus hadirin setelah menyimak ceramah utama dari Imam Belal "Alzuhiry" Shemman dalam program komunitas yang disuguhkan Perhimpunan Muslimah di daerah Pantai Daytona.
Binetti menceritakan bagaimana ia menjalin pertemanan dengan seorang muslim di Universitas Aeronautika Embry-Riddle pada tahun 1980an. Keluarga temannya itu kerap mengundangnya makan malam.
"Aku duduk lesehan di lantai bersama mereka dan sama-sama makan kambing," Binetti mengingat kenangannya. "Mereka biasa bercanda kepada saya, 'Frank, kamu bakal menghabiskan daging kambing ini semuanya.'"
"Aku suka masakan kambing itu dan aku bisa makan semuanya," seloroh Binetti di tengah gelak tawa hadirin.
Kegiatan itu tampak dikemas menarik, termasuk mengakomodasi kehadiran anak-anak dengan mainan perosotan dan rumah balon Spiderman.
Di dalam masjid, orang dewasanya dibebaskan untuk mengupas beragam isu, mulai dari saling berbagi kisah hangat pertemanan antar-keyakinan, mengkaji keterkaitan bagaimana keimanan kepada Tuhan dapat mengatasi berbagai masalah, hingga sama-sama bertekad agar tidak membiarkan kefanatikan dan ketakutan atas terorisme memecah-belah kebersamaan dalam komunitas.
Islam telah terdistorsi citranya oleh kelompok ekstrimis sampai pada titik di mana "orang-orang di dunia" berpandangan bahwa Islam ialah agama yang mempromosikan kekerasan dan intoleransi terhadap keyakinan lain, kata Shemman kepada para hadirin.
Menurut jajak pendapat terbaru di CNN, 68 persen responden melihat ISIS sebagai ancaman besar bagi Amerika Serikat dibanding Iran, Rusia, Korea Utara, dan China, sementara 9 dari 10 orang memandang ISIS paling tidak sebagai ancaman yang cukup serius.
Sejak peristiwa 9/11, umat Islam di Amerika, yang jumlahnya diperkirakan antara enam hingga tujuh juta, telah kian disudutkan karena penggerusan atas hak-hak sipil mereka, disertai keyakinan umum bahwa Amerika menjatuhkan stigmatisasi atas keyakinan mereka.
Sentimen anti-Muslim berkembang makin runcing di Amerika Serikat terkait rencana pembangunan masjid di dekat lokasi 9/11 di New York, disusul serangan-serangan kepada warga muslim dan properti mereka.
Laporan terkini dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) dan Universitas California menyebutkan bahwa Islamofobia terus meningkat di Amerika Serikat. (onislam/ismed)
Sumber islamedia.co http://ift.tt/1b8Hte3
via Sumber