Berita Indonesia : Astaghfirullah.. Menteri Susi Isi Acara Halal Bihalal di Kantornya dengan Joget Salsa


Sudah jadi kebiasaan hampir di setiap instansi untuk mengadakan acara Halal bi Halal di momen Idul Fitri. Kementerian dan lembaga serta instansi pemerintah biasanya menggelar acara Halal Bi Halal saat pegawai sudah masuk kantor lagi usai liburan Idul Fitri.

Namun ada yang "tak biasa" dari acara Halal Bi Halal yang digelar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pada Jumat (31/07/2015) kemarin.

Seperti dilansor Okezone, usai melakukan halabihalal atau bersalaman dengan ribuan pegawai di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memamerkan keahliannya dalam berjoget salsa.

Pantauan Okezone, Jumat (31/7/2015), Susi berdansa bersama salah satu anggota pemain band yang memainkan saxophone, di mana band tersebut diundang untuk mengisi panggung dalam acara halalbihalal hari ini.

Diiringi dengan lagu salsa berjudul "Labamba", Susi tampak menguasai satu demi satu langkah salsa. Kendati sempat terpeleset, namun tak menyurutkan langkah Susi untuk terus melanjutkan semangat berdansanya.

Dilanjutkan dengan lagu kedua berjudul "I Saw Her Standing There", Susi kembali menunjukkan semangatnya dalam berdansa.

Disusul dengan lagu "Cotton Field" dan "Crazy Little Things Called Love", para pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan yang masih ada di dalam gedung ballroom, ikut turun berjoget bersama Susi.

Kendati sempat terengah-engah, Susi sempat berhenti berjoget, namun tak sampai dua menit, dia kembali melanjutkan.

Pada akhir acara berjoget bersama tersebut, para pegawai meminta band agar memainkan lagu Poco-poco. Namun, Susi mengaku sudah kelelahan, sehingga hanya beberapa pegawainya saja yang melakukan goyang poco-poco.

Sumber: http://ift.tt/1IwcLcO

***

Astaghfirullah, ngelus dada... bagaimana bisa acara Halal Bi Halal yang tak terpisahkan dengan momen "perayaan" Hari Besar Islam Idul Fitri ini diisi dengan tari joget poco-poco salsa dansa???

Apa ini bukan suatu pelecehan?

Memang hak masing-masing orang atau instansi menggelar acara sesuai kemauannya, tapi apa wajar dengan melakukan seperti itu? Kalau momen ulang tahun pejabat, atau ulang tahun instansi kementerian diisi dengan joget salsa seperti itu masih wajar. Tapi inikan Halal Bi Halal? Ngono yo ngono, nanging ojo ngono.

 

sumber sumber

Berita Indonesia : Ini Kisah "Kaos Erdogan" Yang Bikin Netizen Diajak Selfie Bareng Erdogan di Istiqlal


by @Gilang_Mahesa

1. Mau cerita dulu soal kaos yg sdh menyebabkan sahabat saya @rizafahdli diminta @RT_Erdogan utk foto selfie.

2. Penampakan kaos erdogan yg jadi rame saat ini he he he he ( minimal rame di group saya ) :)


3. Jd kita2 ini gabung di satu group diskusi sosmed, bicarain banyak hal ... sosial, politik,bola, agama .... sampai jodoh2in orang :)

4. Nah sekali waktu kita rame soal pernyataan @RT_Erdogan : "Dimana ada adzan berkumandang, disanalah tanah airku"

5. Bagi kita2 yg masih belajar soal Islam, pernyataan @RT_Erdogan ini sangat keren, mengingatkan soal ukhuwah, soal peduli dgn usuran ummat

6. Adalah @gozaliALaqsa yg tanpa hujan tanpa angin tiba2 desain dan produksi 100 pcs kaos dan dibagikan gratis

7. Dipakai rame2 lah sama kita he he he he


8. Ya kami2 ini sangat mengagumi @RT_Erdogan, sewajarnya saja, sama seperti beberapa kawan yg mengagumi Obama, Castro, Putin... biasa saja.

9. Masa nge idolain Erdogan ada yg nyuruh pindah ke Turki ..... kurang piknik ah :)

10. Kalau yg pernah ke turki sebelum dan setelah Erdogan berkuasa, pasti akan tahu perbedaannya, turki berubah jadi lebih baik.

11. Masyarakat Turki juga sangat sayang dgn Erdogan, tanya sama @tata_irianty deh yg kemarin baru dari Turki :)

12. Kawan2 di group diskusi bahkan ada yg menyebut @RT_Erdogan dgn panggilan Amirul Mukminin .... asyik2 aja :)

13. Nah, gara2 kang @rizafahdli selfie dgn Erdogan, kaos ini jd hits :)


14. Ada yg inbox dan usul digunakan untuk penggalan dana dan hasilnya digunakan utk membantu ummat yg membutuhkan bantuan.

15. Ya saya kembalikan ke mas @gozaliALaqsa (pembuat koas), atau menurut tweeps bagaimana? Ada yg minat kaos ini ? :)





sumber sumber

Berita Indonesia : Turki Tampung Jutaan Pengungsi, 'Khalifah' Erdogan: Ini Kewajiban Islam


Penerimaan sebuah negara atas gelombang pengungsi dari negara lain bukanlah hal mudah, sebagaimana halnya pengungsi Rohingya yang mengalami penolakan dari berbagai negara, termasuk di Indonesia, dan itu baru hitungan ratusan dan ribuan, belum hitungan jutaan pengungsi.

Namun berbeda dengan Turki, negara yang pernah menaungi hampir seluruh dunia Islam dan menjadi pusat Khilafah Usmaniyah sampai tahun 1924 ini. Kini Turki tetap membuktikan dirinya sebagai pewaris khilafah yang menaungi umat manusia dengan membuka diri bagi jutaan pengungsi dari berbagai negara.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menilai negaranya telah memberikan kontribusi sosial cukup besar di dunia, terutama soal penanganan pengungsi dari negara-negara konflik.

Dalam kuliah umum di kantor Lembaga Ketahanan Nasional Jakarta, Jumat (31/7), Erdogan mengungkapkan bahwa pemerintahannya berani menerima keberadaan dua juta pengungsi asal Irak dan Suriah. Sikap ini diambil lantaran keprihatinan dan rasa tanggung jawab Turki sebagai negara bermartabat.

"1,7 juta pengungsi dari Suriah, 300 ribu orang dari Irak, total ada 2 juta pengungsi yang masuk ke Turki dan kami terima," ujar Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan ketika memberikan Kuliah Umum di Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) RI, Jumat (31/7), dalam rangkaian kunjungannya ke Indonesia.

Dalam kuliahnya, Erdogan sempat menyindir negara-negara di Eropa, yang bahkan menolak 200 ribu pengungsi untuk masuk ke negaranya. Padahal, secara ekonomi beberapa negara Eropa tersebut mampu untuk menghidupi para pencari suaka itu.

"Namun jika melihat negara-negara Eropa, yang Anda temukan adalah bahwa mereka tidak bisa menerima 200 ribu pengungsi ke negara mereka, terlebih lagi para pengungsi yang mencoba menyeberang ke Eropa dan pada akhirnya justru tenggelam di lautan," ujarnya.

Erdogan sangat menyayangkan sikap negara-negara di Benua Biru tersebut yang seakan tidak mau berkontribusi sosial membantu negara lain yang kesulitan.

"Saat ini kita menghadapi berbagai ancaman menyusul beragam kekacauan yang mengelilingi kita. Tetapi, kita semua ini bersaudara," lanjutnya.

Pemerintah Turki kerap menerima gerombolan pengungsi yang kabur dari Irak dan Suriah. Mereka diamankan oleh otoritas keamanan Turki untuk kemudian ditampung.

"Ini adalah kewajiban sosial kami dan kewajiban ini menjadi perhatian kami sebagai pemeluk Islam," ujar Erdogan.

Erdogan bak seorang Khalifah yang memliki tanggungjawab terhadap umat dan kemanusiaan tak hanya warga negaranya saja tapi seluruh umat Islam di pelosok dunia yang terdzolimi.

"Subhanallah... Erdogan," komen ustadz Yusuf Mansur saat hadir Jumatan bersama Erdogan di masjid Istiqlal kemarin.


*Sumber: CNN Indonesia, Islamicgeo




sumber sumber

Berita Indonesia : Hasil Investigasi TPF: TRAGEDI TOLIKARA Dilakukan Secara Sistemis, Terkomando


Tim Pencari Fakta (TPF) bentukan Komite Umat untuk Tolikara (Komat), membeberkan fakta dan kesimpulan terkait tragedi penyerangan warga muslim yang sedang melaksanakan salat Idul Fitri di Tolikara, Papua pada 1 Syawal 1436 H/17 Juli 2015.

Setelah hampir seminggu menerjunkan Tim Pencari Fakta langsung ke Tolikara melakukan investigasi secara menyeluruh, Komite Umat untuk Tolikara Papua (Komat Tolikara) akhirnya Jumat siang (31/07/2015) mengeluarkan hasil temuannya.

Ketua TPF Ustadz Fadlan Garamatan mengatakan Tragedi Tolikara bukan spontanitas namun sudah direncanakan secara sistematis.

"Diduga ada upaya sengaja menciptakan, mengusik kehidupan beragama secara sistematis. Faktanya ada massa yang mengepung jamaah salat Id dari tiga titik. Ada suara komando untuk menyerang," kata Fadlan dalam konferensi pers di Pulau Dua Resto, Senayan, Jakarta, Jumat (31/7).

TPF juga menemukan fakta kebenaran adanya surat dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Badan Pekerja Wilayah Toli bernomor 90/SP/GIDI-WT/VII/2015 yang ditandatangani oleh Ketua Wilayah Toli, Pdt Nayus Wenda, S.Th dan Sekretaris, Pdt Marthen Jingga S.Th, MA dengan tembusan Polres Tolikara.

TPF menyebut pihak Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) telah melakukan pelanggaran HAM karena menghalangi umat lain untuk beribadah. Untuk itu, mesti ada pengusutan tuntas soal motif surat GIDI yang beredar. Ketua TPF meminta kepolisian harus memeriksa dan menjadikan tersangka pihak yang menanda tangani surat tersebut.

"Yang membuat atau menandatangi surat edaran yang provokatif tersebut harus ditindak tegas karena sebagai pemicu insiden tersebut," ujar dai dari Papua ini.

KRONOLOGI TRAGEDI TOLIKARA

Di bawah ini kronologi Tragedi Tolikara temuan TPF yang dibacakan Ustadz Fadhlan Rabbani Garamatan.

Senin, 13 Juli 2015

1. Selembar surat ditemukan oleh anggota intel Polres, Bripka Kasrim yang tengah berada di Pos Maleo. Surat tersebut berasal dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Badan Pekerja Wilayah Toli dengan nomor surat 90/SP/GIDI-WT/VII/2015 yang ditandatangani oleh Ketua Wilayah Toli, Pdt Nayus Wenda, S.Th dan Sekretaris, Pdt Marthen Jingga S.Th, MA dengan tembusan Polres Tolikara.

Surat yang ditujukan kepada umat Islam se-Kabupaten Tolikara ini memberitahukan adanya kegiatan Seminar dan Kebaktian Kebangkitan Ruhani (KKR) Pemuda Geraja Injili Di Indonesia (GIDI) tingkat Internasional pada tanggal 13-19 Juli 2015.

Dalam surat itu juga berisi poin-point LARANGAN yang kami tulis sebagaimana aslinya, sebagai berikut:

(1) Acara membuka lebaran tanggal 17 Juli 2015, kami tidak mengijinkan dilakukan di wilayah Kabupaten Tolikara
(2) Boleh merayakan hari raya di luar Kabupaten Tolikara (Wamena) atau Jayapura.
(3) Dilarang Kaum Muslimat memakai pakai Yilbab (jilbab, red).

2. Anggota intel, Bripka Kasrim memfoto surat, kemudian melaporkan melalui alat telekomunikasi handy talky kepada Kapolres Tolikara saat itu, AKBP Soeroso, SH, MH tentang adanya surat tersebut. Foto surat itu pun dikirimkan kepada Kapolres, dan Kapolres langsung mencetak foto tersebut.

3. Selanjutnya, Kapolres melalui telepon menghubungi Bupati Tolikara, Usman Wanimbo. Saat komunikasi itu, diketahui Bupati sedang berada di Jakarta, dan baru akan kembali ke Tolikara pada keesokan harinya (14/7). Namun, Kapolres tetap menyampaikan perihal isi surat tersebut dengan membacakannya.

Menanggapi informasi itu, menurut Kapolres, Bupati menyampaikan, “Itu tidak betul! Saya akan telepon ketua GIDI wilayah Tolikara. Saya akan minta itu (surat) dicabut atau diralat.”

Lalu, Kapolres menyatakan, “Itu yang saya mau, karena itu akan menimbulkan keresahan umat Islam.”


4. Kapolres juga menghubungi Presiden GIDI, Pdt.Dorman Wandikbo, S.Th di Jayapura, melalui telepon. Komunikasi melalui telepon itu direkam oleh Kapolres. Menanggapi informasi dari Kapolres, berikut ini kutipan tanggapan Presiden GIDI dalam rekaman yang kurang jelas suaranya itu, “Pak Kapolres, nanti saya akan berkordinasi dengan adik-adik ….”

Kapolres kembali menyatakan, “Jadi izin Bapak, untuk pengamanannya kami sudah siap mengamankan seluruh kegiatan GIDI maupun kegiatan lebaran. Jadi kami sudah siapkan pengamanan, TNI dan Polri akan bersama-sama agar kegiatan ini aman kondusif dan lancar tanpa hambatan. Kedua, saya juga sudah lapor Pak Bupati. Pak Bupati sependapat dengan Presiden GIDI, nanti Pak Bupati akan tiba di Tolikara lagi. Saya harap agar tidak menimbulkan keresahan bagi warga Muslim, mohon ditinjau kembali dan dicabut agar tidak menimbulkan permasalahan. Terutama masalah SARA, Pak Presiden.”

Presiden GIDI juga mengatakan. “Saya akan telepon Pak Bupati sebentar, saya juga akan telepon Pak Nayus, dan juga adik sekretaris. Saya akan telepon mereka, Bapak. Sekali lagi itu anak-anak emosional, saya sampaikan permohon maaf. Cukup Bapak saja tidak usah sampaikan kepada teman-teman Muslim yang lain. Itu sangat tidak sehat, dan kurang sehat untuk surat itu. Saya pesan begitu”

Kapolres menyatakan, “Baik, itu hanya akan di tangan saya saja. Nanti tokoh-tokoh Muslim nanti akan saya panggil juga.”

Rabu, 15 Juli 2015

1. Kapolres kembali melakukan komunikasi dengan Bupati dan Presiden Geraja Injili Di Indonesia (GIDI), karena pada siang hari itu akan ada acara pembukaan Seminar dan KKR. Namun Kapolres tidak mengikuti acara pembukaan, karena ada perang suku di Kampung Panaga, Tolikara. Kapolres berangkat ke lokasi perang suku itu bersama Bupati dan Ketua DPRD Kab Tolikara.

2. Pada malam harinya, Kapolres yang mendapat kabar ada peresmian monumen Geraja Injili Di Indonesia (GIDI) di bagian atas Tolikara. Dalam acara peresmian monumen itu, Muspida yang hadir hanya Kapolres. Kehadiran Kapolres saat itu hanya ingin menegaskan kepada Presiden GIDI agar tidak terjadi gejolak. “Pak, saya ingatkan kembali tanggal 17 Juli, umat Islam akan melaksanakan Idul Fitri. Masalah surat kemarin agar ditindaklanjuti.”

Kepada Kapolres, Presiden Geraja Injili Di Indonesia (GIDI) dengan tegas menyatakan dan menjamin shalat Idul Fitri. “Iya gak apa-apa, Pak Kapolres. Silakan dilanjutkan.”

Pak Kapolres membalas, “Pak mohon ijin, masalah surat kemarin itu agar ditindaklanjuti.”

Kapolres juga menyatakan, bahwa ada ada orang asing yang datang, yaitu dari perwakilan Israel, Belanda, dan Papua Nugini (untuk menghadiri KKR).*

Kamis, 16 Juli 2015

1. Sore hari, Kapolres menelepon Presiden GIDI lagi, namun tidak diangkat. Lalu mengirimkan pesan singkat yang isinya : Mohon ijin saya telepon, mohon diangkat. Baru dijawab 30 menit kemudian, namun saat dihubungi telepon tidak terangkat. Dan hanya membalas dengan SMS, “Maaf Bapak, saya sedang di lapangan.”

2. Akhirnya, Kapolres mengirim pesan singkat: “Bapak ijin mengingatkan kembali bahwa besok shalat Idul Fitri mulai dari 06.30 – 07.30.” Presiden GIDI menjawab pesan singkat itu: “Baik Bapak, terima kasih. Selama melaksanakan shalat, Tuhan memberkati.”

3. Malam hari, sebelum ada pengumuman isbat 1 Syawal, Kapolres mendatangi masjid sekitar pukul 19.30 WITA, kesepakatan para pengurus pelaksanaan shalat dilaksanakan di halaman Markas Koramil, karena masjid hanya menampung 100 orang jamaah, sedangkan jamaah shalat diperkirakan 300 orang. Kapolres juga menyatakan siap memberikan pengamanan selama shalat Ied.

4. Arkam Jalil, salah seorang warga Muslim mengaku pada malam itu belum mendapat kepastian perihal diadakan shalat Id. Berkaitan dengan adanya surat edaran dari GIDI yang sudah beredar di tengah masyarakat.


Jum’at, 17 Juli 2015

1. Pukul 7 pagi, shalat Idul Fitri dimulai. Sebelum itu, Kapolres yang duduk di belakang imam shalat Id, Junaedi, agar pelaksanaan shalat Ied harus sudah selesai pukul 07.30 WIT.

2. Konsentrasi massa sudah mulai berkumpul di 3 titik yang mengarah ke lokasi shalat Id. Pertama, depan kantor BPD. Kedua, dari arah Jalan Irian yang akan masuk melalui jalan samping Markas Koramil. Ketiga, Jl Gili Batu yang berada di bawah Markas Koramil.

3. Lettu Inf TNI Wahyudi Hendra, Komandan Pos Pengamanan Daerah Rawan (Pos Pam Rawan) mengaku, pada takbir kedua sudah mendengar suara massa yang memprovokasi dengan melempar atap seng kios dan teriakan-teriakan hentikan shalat. Mendengar itu, Lettu Wahyudi langsung meninggalkan shalat sambil mengajak pasukan lainnya yang tengah shalat. Wahyudi langsung memerintahkan memperkuat anggota TNI yang tengah berjaga bersama Brimob dan anggota polisi Polres.

4. Sementara itu, Kapolres meninggalkan shalat saat takbir ke-7. Bahkan Kapolres meminta agar Imam menghentikan Shalat. “Pak Ustadz, sudah hentikan nggak usah dilanjutkan.” Kapolres langsung balik kanan dan langsung menugaskan anggota polisi untuk mengamankan ibu-ibu dan anak-anak ke belakang kantor Koramil.

5. Dalam penuturan yang sama, Kapolres dan Komandan Pos Pam Rahwan, mendengarkan adanya teriakan massa, “Hentikan…bubarkan …” diiringi lemparan batu, seng, dan kayu ke arah jamaah yang makin riuh.


6. Menurut Kapolres, massa yang pertama mendesak masuk dari titik pertama berjumlah 150 orang. Massa dari titik ini melakukan penyerangan pelemparan batu. Kapolres bersama 10 orang petugas gabungan dari Polisi, Brimob, dan TNI mencoba menghalau massa sambil bernegosiasi dengan massa. “Saya Kapolres, mohon jangan melempar.” Massa berhasil dihalau.

7. Sementara, massa dari titik kedua mulai merangsek masuk jalan samping Koramil. Kapolres beranjak ke titik massa kedua, “Dikhawatirkan massa itu akan menerobos masuk ke arah lapangan Koramil.” Kapolres kembali melakukan negosiasi dengan memegang megaphone yang dibawa oleh massa yang ingin menghentikan shalat Ied.  “Saya Kapolres, saya sudah koordinasi dengan Bupati dan Presiden GIDI.”

8. Saat negosiasi itu, terdengar suara letusan tembakan. Kapolres beranjak dari titik kedua menuju titik massa pertama untuk mencari sumber suara tembakan. Namun, gelombang massa titik pertama ini kian besar diperkirakan Kapolres mencapai 500 orang. Sementara di saat yang sama, kepulan asap sudah meninggi dari arah kios milik Pak Sarno yang juga ketua DKM Baitul Muttaqin yang berjarak sekitar 20 meter dari masjid.

9. Hal ini dibenarkan Pak Sarno, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Baitul Muttaqin yang ditemui TPF, “Titik pertama memang berada di kios saya. Itu pun sebenarnya, aksi pembakaran itu sudah dihalau oleh tokoh tua GIDI.”

10. Kapolres yang masih menghalau gelombang massa di titik pertama mengaku mendapatkan pukulan di dada kiri. Bahkan, Kapolres menyaksikan, Bupati yang datang menghalau massa itu diabaikan, bahkan sempat terdorong desakan massa. Setelah itu, Kapolres mengaku tak lagi melihat keberadaan Bupati.


11. Menurut Kapolres, kebakaran yang menghanguskan 64 kios di tanah (Informasi dari Panitia Pemulihan Tolikara) seluas sekitar 4000 m2 itu berlangsung selama 2 jam. Setelah kejadian itu, Kapolres mengaku mendapatkan informasi ada korban luka tembak yang dibawa ke rumah sakit di Wamena.

12. Tentang luka tembak ini, berdasarkan berita yang dimuat di koran Cenderawasih Pos, 29 Juli 2015. Keterangan dari dokter menyatakan, luka tembak pada korban itu berasal dari pecahan proyektil ditembakkan ke bawah (richocet).*

*Sumber: Hidayatullah, Gatra




sumber sumber