PASBERITA.com - Beberapa hari terakhir ini, kita dihebohkan dengan pemberitaan racun sianida yang dicampur dalam kopi, yang diduga kuat penyebab kematian Mirna Salihin.
Lalu, sebenarnya apa itu sianida?
Sianida merupakan racun yang efeknya cepat dan berpotensi mematikan dengan bentuk berupa gas maupun bubuk kristal. Kedua bentuk sianida tersebut dapat mematikan dalam konsentrasi yang cukup tinggi.
Beberapa orang bisa mendeteksi aroma khas kandungan sianida yang seperti almond pahit. Namun hal ini bukan indikator pasti karena tidak semua orang bisa mendeteksi kehadiran sianida di sekitarnya lewat aroma.
Menurut laman resmi Centers for Disease Control and Preventiondikutip Senin (18/1/2016), seseorang bisa terpapar sianida tak cuma lewat mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung sianida, tapi juga lewat udara maupun tanah yang menandung sianida.
Dampak keracunan yang disebabkan oleh sianida amat tergantung paparan sianida yang diterima serta lamanya waktu seseorang terpepar. Menghirup udara yang mengandung gas sianida memang paling berbahaya, tapi mengonsumsi sianida tak kalah membahayakan.
Ketika sianida masuk ke dalam tubuh, bahan kimia ini akan mencegah sel-sel tubuh menggunakan oksigen. Jadi ketika hal ini terjadi, sel-sela akan mati. Sianida paling berbahaya bagi jantung dan otak dibandingkan organ lain. Hal ini disebabkan kedua organ tersebut menggunakan banyak oksigen.
Jika paparan sianida terhadap seseorang sedikit, dalam hitungan menit orang tersebut mengalami pusing, mual dan muntah, napas jadi lebih cepat, denyut jantung cepat. gelish, dan lemah.
Sementara bila terpapar sianida dalam jumlah besar dampak bahaya bagi kesehatan di antaranya kejang, hilang kesadaran, tekanan darah rendah, cedera pada paru, denyut jantung melambat, hingga gagal pernapasan yang menyebabkan kematian.
Jika seseorang keracunan sianida menurut ahli kesehatan, John P Cunha, DO, FACOEP, tidak dapat diobati di rumah. Bahkan dokter pun kerap salah menilai dan pasien akan cepat meninggal. "Racun sianida akan menyebar cepat dalam tubuh. Banyak yang tidak dapat tertolong. Untuk itu, ketika muncul gejala pasien harus ditangani tenaga medis secepat mungkin," kata Cunha, sebagaimana informasi ini dikutip dari laman liputan6 (18/01). (*)
sumber Sumber